Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga
Almahendra
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November 2013
Tebal buku : 340 halaman
Hanum salsabiela Rais, adalah putri Amien Rais, lahir dan menempuh
pendidikan dasar Muhammadiyah di Yogyakarta hingga mendapat gelar dokter gigi
dari FKG UGM. Mengawali karir sebagai jurnalis dan presenter di Trans TV. Tahun
2010, Hanum menerbitkan buku pertamanya, Menapak
Jejak Amien Rais : persembahan seorang putri untuk ayah tercinta.
Rangga Almahendra, adalah suami dari Hanum Salsabiela, teman perjalanan
sekaligus penulis kedua buku ini. Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah
di yogyakarta, berkuliah di Institut Teknologi Bandung, kemudian S2 di
Universitas Gajah Mada. Memenangi beasiswa dari Pemerintah Australia untuk
studi S3 di WU Vienna. Pada tahun 2010 ia menyelesaikan studinya dan meraih
gelar doktor di bidang Internasional Business & Management. Novel lain
karya Hanum dan Rangga adalah “Bulan
Terbelah di Langit Amerika” dan “Berjalan
diatas Cahaya”
Novel “99 cahaya di Langit Eropa”
merupakan novel yang beraliran Islami dan memiliki tema menapak jejak Islam di
Eropa. Buku ini berisi kisah-kisah perjalanan kedua penulis selama berada di
Eropa. Hanum dan Rangga tinggal selama 3 tahun di eropa saat rangga mendapat
beasiswa program doktoral di Universitas di Austria. Keduanya berkesempatan
menjelajahi Eropa dan menemukan keindahan eropa yang tidak sekadar hanya Menara
Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum
Roma atau gondola-gondola di Venezia. Namun, mereka menemukan Keindahan lain
dari Eropa, mereka menjelajah sejarah dan menemukan bahwa Islam pernah berjaya
di tanah itu. Eropa dan islam pernah menjadi pasangan serasi. Namun, ketamakan
manusia membuat dinasti itu runtuh. Buku ini menceritakan tentang kisah-kisah
dari beberapa tempat didalamnya yaitu Wina (austria), Paris (Perancis), Granada
dan Cordoba (andalusia/Spanyol), dan Instanbul (turki).
Hanum menjelajahi peninggalan Islam
di Wina bersama sang sahabat baru yang berkenalan di kelas kursus
bahas Jerman. Fatma Pasha, wanita asal Turki yang berhasil menggugah jiwa
kelana hanum untuk menyusuri jejak islam di eropa. Fatma yang hanya seorang ibu
rumah tangga ternyata memiliki wawasan luas tentang sejarah Islam di Eropa.
Perjalanan Hanum dan Fatma berkeliling Wina dimulai dengan melihat keindahan kota Wina, sungai
terkenal Donau/Danube, dan Masjid Vienna Islamic Center – pusat peribadatan
umat Islam terbesar di Wina di tepi sungai Danube dari atas bukit Kahlenberg. Sayangnya fatma tiba-tiba menghilang setelah mereka
mengikat janji akan berkelana bersama menapaki jejak islam yang ada di Spanyol,
Perancis, dan Turki yang pernah berjaya pada masanya. Demi memenuhi janji itu
hanum kemudian mulai menjelajah sendiri bersama suami.
Tempat berikutnya yang dikunjungi Hanum adalah
Paris, Prancis. Kota ini dikenal City of lights, yang berarti pusat
peradaban Eropa. Perjalanan Hanum di Paris dilakukan bersama mualaf Muslimah Prancis, Marion
Latimer, lulusan Studi Islam Abad Pertengahan dari Universitas Sorbornne.
Bersama Marion, Hanum menjelajahi Museum Louvre dengan koleksinya yang
terlengkap di dunia. Di Museum inilah terdapat lukisan Bunda Maria dan Bayi
Yesus dengan hijab Bunda Maria yang
bertakhtakan kalimat tauhid, Laa Ilaaha
Illallah yang
mengejutkan Hanum.
Tak kalah menarik adalah misteri Napoleon Bonaparte yang menjadi seorang mualaf dan
misteri Axe Historique, garis lurus imajiner
yang tepat membelah kota Paris dimana bangunan-bangunan penting Paris tepat
berdiri di garis tersebut (monument Obelisk Luxor Mesir, Jalan Champs –
Elysses, dan berujung di Monumen Arc de Triomphe de l’Etoile) dalam kaitannya
dengan arah Kiblat di Mekkah. Di Paris ini juga Hanum mendapat kesempatan
menunaikan ibadah sebagai seorang muslim di Masjid Besar Paris, Le Grande
Mosquee de Paris serta mengetahui sejarah Islam lainnya di Eropa.
Selanjutnya Hanum dan Rangga menjelajahi Cordoba dan
Granada True City of Lights. Cordoba
merupakan ibukota Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai. Pada kota ini
berkembang ilmu pengetahuan dan menginspirasi kota-kota lain di Eropa. Di
Cordoba terdapat The Mosque Cathedral Mezquita, yaitu masjid besar yang
menjadi Kathedral/gereja. Perjalanan dilanjutkan ke Istana
Al Hambra dengan latar belakang Pegunungan Sierra Nevada yang berwarna putih
salju di Gordoba. Istana yang diserahkan oleh Mohammad Boabdil (sultan terakhir
di Granada) kepada Isabella dan Ferdinand. Sementara itu Granada
adalah kota terkahir dimana islam takluk di daratan Eropa.
Selanjutnya mereka menjelajahi Istanbul. Istanbul/
kontatinopel adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan.
Pada masa itu, luas wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di
Turki tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan
karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai
dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. Di Turki juga terdapat Blue mosque,
Topkapi Palace, dan Hagia Sophia bekas gereja besar
dan sempat dijadikan masjid, namun kini telah dijadikan museum oleh pemerintah Turki.
Kelebihan buku 99 cahaya di langit Eropa ini adalah kita sebagai
pembaca akan merasakan seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan gambaran
Eropa didalam
imajinasi kita. Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang
lugas dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Dan novel ini
memberikan gambar baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan bangunan di
Eropa.
Namun, novel ini terasa kurang lengkap
karna tidak adanya foto-foto atau gambar tentang bangunan-bangunan yang
dikunjungi oleh sang penulis, seperti, Hagia Shopia, Topkapi palace, Blue
Mosque, Istana Al Hambra, dll. Yang ada hanyalah foto-foto behind the scene saat
pembuatan film adaptasi novel ini, yang hanya menampilkan sebagian tempat yang
dikunjungi oleh penulis dalam perjalanannya.
Novel “99 Cahaya di langit Eropa” ini
sangat menarik untuk dibaca, karna memberikan wawasan yang luas dan gambaran
baru tentang Islam dan tanah Eropa. Dan buku ini sangat cocok untuk para muslim
untuk memperkuat iman , karna novel ini memperlihatkan kebesaran-kebesaran
Allah SWT. Novel ini juga mengajarkan dan mengajak kita untuk mengamalkan Islam
secara total dengan lemah lembut dan menebarkan senyum, seperti yang dilakukan
Fatma Pasha

Tidak ada komentar:
Posting Komentar