Bulan Bintang
Cahaya matahari bersinar cerah
pagi ini, menemani para pelajar mengejar ilmu menggapai
cita-cita. Bulan Permata Indah, siswi SMA Cita Bangsa yang sedang
terburu-buru ke sekolah terlihat begitu bersemangat. Di gerbang sekolah
terlihat mobil mewah terparkir, dan tak berapa
lama seorang gadis turun sambil dipapah kemudian didudukkan di kursi roda,
sambil tersenyum Bulan menghampirinya “Hai Bintang..” sapa Bulan pada
sahabatnya, gadis bernama Bintang itu memegang tangan Bulan “biar Bulan saja
yang mendorongku” ucap Bintang pada pengasuhnya.
Mereka berdua melewati
lorong sekolah menuju ke kelas, sepanjang perjalanan banyak siswa lain yang
melihat mereka dengan tatapan yang tidak biasa. Bulan dan Bintang memang sudah lama bersahabat sejak kecil, walaupun keadaan Bintang
yang lumpuh karena sebuah kecelakaan tak membuat persahabatan mereka luntur,
bahkan Bulan senantiasa menemaninya. Di sekolah hampir dikatakan mereka tidak
bisa dipisahkan layaknya saudara kandung, bahkan mereka satu kelas selama 3 tahun
berturut-turut. Bintang sendiri memang anak tunggal, sedangkan Bulan mempunyai
seorang kakak tiri yang tidak tinggal bersamanya, bahkan belum pernah sekalipun
Bintang lihat. Setiap akhir pekan mereka saling
mengunjungi, bermain dan belajar bersama, namun akhir-akhir ini setiap kali
Bintang ke rumah Bulan saat akhir pekan, Ia selalu tidak dapat menemui Bulan. Ketika
Bintang mencoba menanyakan padanya, Bulan mengungkapkan berbagai alasan.
Suatu hari saat pulang sekolah, Bulan dan Bintang
berjalan-jalan di halaman belakang sekolah, nampak seorang pemuda yang
merupakan kakak kelas mereka bernama Albi Ghafair, yang akrab dipanggil Ghafa.
Untuk waktu yang lama Bintang tak berhenti menatap pemuda itu. Ghafa memang terlihat
jarang berada di sekolah karena terkenal dengan kenakalannya dan sering bolos,
tetapi anehnya Ia selalu mendapat nilai tertinggi ketika ujian.
“Kak Ghafa?” ucap Bintang saat Ghafa melewatinya
“ada apa?” ucap Ghafa datar
“ohh tidak..” jawab Bintang gugup, dengan cuek Ghafa terus berjalan meninggalkan mereka.
“Kak Ghafa?” ucap Bintang saat Ghafa melewatinya
“ada apa?” ucap Ghafa datar
“ohh tidak..” jawab Bintang gugup, dengan cuek Ghafa terus berjalan meninggalkan mereka.
Sejak pertemuan itu Bintang
selalu tampak ceria dan sering mengunjugi halaman belakang sekolah, disana pun
akhirnya Bintang bisa mengobrol dengan Ghafa. Melihat itu Bulan sangat senang
karena Bintang yang selama ini Ia kenal, tidak begitu ceria sejak lumpuh. Bulan
hanya mengamati dari kejauhan, menurutnya jika Bintang bahagia maka Ia juga
bahagia, bahkan Ia tak ingin Bintang sedih suatu hari nanti.
Bintang akhir-akhir ini sibuk
dengan pertemuannya bersama Ghafa, sehingga Ia tak pernah lagi bermain dengan
Bulan kecuali dalam kelas, merasa bersalah dengan sikapnya sendiri, Bintang
memutuskan mencari Bulan. Setelah mencari kesana kemari, kini Ia harus
dihadapkan dengan apa yang dilihatnya, Bulan sedang memeluk Ghafa. Karna
melihat itu, Bintang menangis. Isak tangis Bintang ternyata terdengar oleh Ghafa
dan Bulan, “Bintang.. itu.. tidak seperti..” belum sempat Bulan menjelaskan,
Bintang telah pergi menjauh. Ia tak tahu harus kemana, lalu Bintang keluar dari
gerbang sekolah. Karna terlalu sedih, Bintang tidak menyadari bahwa dari
sebelah kanan sedang melaju mobil dengan kecepatan tinggi sehingga menabrak
dirinya. Segeralah Bulan dan Ghafa yang melihat kejadian itu membawa Bintang ke
rumah sakit.
Akibat benturan yang cukup
serius dikepalanya, Bintang mengalami koma selama 4 hari. Setelah Ia terbangun
dari koma, Bintang melihat Ghafa berada diantara keluarganya.
“untuk apa kau ke
sini?” Tanya Bintang kepada Ghafa dengan tatapan sinis
“lihat ini..” Ghafa memberinya cermin
“apa maksudmu? wajahku tak apa-apa..” ucap Bintang sambil bercermin
“Mata.. dan ini, dia menitipkan surat untukmu” ucap Ghafa, lalu Ia keluar meninggalkan Bintang dan keluarganya.
“lihat ini..” Ghafa memberinya cermin
“apa maksudmu? wajahku tak apa-apa..” ucap Bintang sambil bercermin
“Mata.. dan ini, dia menitipkan surat untukmu” ucap Ghafa, lalu Ia keluar meninggalkan Bintang dan keluarganya.
Hai
Bintang.. apa kamu baik-baik saja? Kuharap begitu, aku minta maaf atas semuanya,
bahkan untuk kenangan buruk yang kau lihat sebelum kecelakaan itu. Aku harap
kau tak salah paham atas diriku dan kak Ghafa, dia itu kakak tiriku yang belum
pernah kau lihat. Aku hanya menyesal tak dapat menemuimu. Namun kini aku dapat
melihat dunia bersamamu.
Salam
Bulan
Bintang menangis membaca surat itu, dan dari surat
itulah ia mengetahui bahwa Bulan selama ini mengidap sakit kanker, Bulan selalu
pergi berobat saat akhir pekan, dan mata yang Ia pakai saat ini adalah milik Bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar